Para Pemuda Komitmen Ciptakan Perdamaian Dunia

JAKARTA - Perbedaan adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat dielakkan, baik itu perbedaan ras, adat istiadat dan kebudayaan, bahkan perbedaan keyakinan. Namun, ketika hal ini dapat dimaknai secara positif tentu akan menjadi kekayaan dan sebuah kekuatan tersendiri dalam mengusung tujuan dalam rangka turut serta menciptakan perdamaian dunia.
Untuk itu, sekira 230 pemuda yang berasal dari 24 negara menghadiri Interfaith Summit 2012 yang berlangsung selama 4-7 Oktober 2012 di Universitas Hindhu Indonesia, Denpasar, Bali. Para peserta ini memiliki kesungguhan untuk terlibat aktif kampanye toleransi dan menciptakan perdamaian dunia.

Pertemuan ini diharapkan menjadi sebuah ‘titik picu’ dalam pembentukan sebuah resolusi baru menyikapi kehidupan keberagaman. Sehingga sesuai dengan tema acara International Interfaith Youth Leadership Confrence, yaitu New Paradigm in The 21’st Century.

Selama konfrensi internasional tersebut seluruh peserta dalam acara ini dibiarkan untuk berekspresi dan berpendapat dengan cara mereka yang beragam sesuai dengan latar belakang mereka masing-masing. Sehingga para peserta tidak terjebak dalam sebuah ‘pengkotakan’ tertentu dalam menyikapi perbedaan, yakni dengan cara yang beragam pula.

Direktur Program Indonesia Youth Forum (IYF) M Abdul Idris menyatakan, penyelengaraan silaturahim tahunan ini merupakan kali keempat dan kegiatan ini diinisiasi oleh beberapa anak Muda NU dengan menggandeng komponen kepemudaan seperti Muhammadiyah dan Pemuda Lintas Agama.

“Konferensi ini saya harap tidak hanya menjadi ceremony, ataupun lips service, tetapi dapat menjawab kegalauan yang sedang mewabah di berbagai negara berkembang. Perjumpaan mahasiswa lintas agama, lintas negara, lintas ras, bahkan lintas kegelisahan untuk belajar bersama mengurai masalah-masalah sosial keagamaan yang hampir tidak terdeteksi mana pangkal dan mana ujungnya,” ujar Idris, seperti disitat dari siaran pers yang diterima Okezone, Senin (8/10/2012).

Dia menambahkan, ideologi Pancasila yang dimiliki Indonesia dapat menjadi alternatif ideologi bagi dunia. “Kita bukan agen klarifikasi internasional atas masalah-masalah yang sengaja diciptakan oleh korporasi politik-ekonomi internasional. Kita punya Pancasila, kita punya Bhineka Tungal Ika yang nilai-nilainya dapat dijadikan ideologi alternatif dunia,” kata pria aktif sebagai Wasekjend PP IPNU itu.

Sementara itu, Mudzakkir selaku Stering Comitee Interfaith Summit yang juga Mantan Ketua Umum PP Ikatan Remaja Muhammadiyah mengungkapkan, kesadaran tentang “Unity in Diversity” dalam kehidupan beragama bukan hanya harus digaungkan oleh para elite agama dan politik, tapi juga oleh para kaum muda di seluruh dunia. Melalui konferensi ini, lanjutnya, diharapkan para peserta dari berbagai negara mampu membangun kesadaran kritis tentang kehidupan multireligus yang toleran, saling menghormati, memahami serta mampu membangun kerjasama demi kehidupan dunia yang lebih baik.

"Kaum muda harus mampu menjadi aktor strategis sebagai change makers dalam mewujudkan dunia yang damai dan sejahtera. Dan salah satu wujud konkretnya adalah kerelaan (volunteerisms) untuk menjadi duta perdamaian di masing-masing negara dan agama mereka," pungkas Mudzakkir.

Menurut salah satu inisiator Interfaith Summit perwakilan dari pemuda Muhammadiyah Bob Febrian, dialog dan kerjasama antar umat beragama, terutama di kalangan kaum muda menjadi sangat penting bagi masa depan perdamaian dunia. "Di tangan mereka lah nantinya masa depan negara dan agama mereka dipertaruhkan. Kaum muda mempunyai keresahan bersama tentang maraknya ketegangan, konflik, bahkan kekerasan yang mengatasnamakan agama yang terjadi bukan hanya di level lokal, tapi juga di level nasional dan internasional," tandasnya.

Agama-agama, lanjutnya, harus mampu menjadi spirit bagi perdamaian dan kerjasama untuk membangun kehidupan dunia yang lebih baik dan sejahtera. Sikap toleran, saling menghormati dan kerjasama dengan aksi yang konkret untuk mengatasi persoalan kemanusiaan harus dilakukan. "Kaum muda antar umat agama harus melakukan gerakan bersama atas nama kemanusiaan dengan program yang konkret seperti menolak penistaan agama, kemiskinan, korupsi, dan kekerasan,” imbuhnya.
(mrg)


Blog, Updated at: 23.03

0 komentar:

Posting Komentar

JUMLAH PENGUNJUNG