Mengoreksi Kesalahan Orang Lain Bagian 1

MEMPERTIMBANGKAN POSISI ORANG YANG DIKOREKSI KESALAHANNYA


Assalamu'alaikum sahabat ,

Dalam kehidupan ini, ada sesuatu yang bisa diambil dan diterima dari sebagian orang, namun ia tidak bisa diterima dari sebagian yang lain, karena masing-masing orang memiliki posisi yang berbeda dengan orang lain. Bisa juga karena mereka itu memang  mempunyai otoritas (untuk mengingatkan) terhadap orang yang berbuat salah, yang otoritas tersebut tidak dimiliki oleh orang lain. Sebagai contoh adalah posisi ayah terhadap ananknya, guru terhadap muridnya ataupun yang lain. Dalam konteks ini, maka orang yang telah dewasa  tidaklah sama posisinya dengan anak kecil, orang yang menjabat tidaklah sama dengan orang biasa dan sebagainya.

Pemahaman terhadap berbagai perbedaan posisi masing-masing  orang ini akan membawa pada kebaikan di dalam meletakkan segala sesuatu sesuai dengan posisi dan proporsinya.  Jika suatu ditentukan berdasar proporsi dan dan kadarnya yang sebenarnya, maka walaupun ada protes dan koreksi  hal itu tidak akan membawa pada kemungkaran yang lebih fatal dan lebih besar. Karena posisi orang yang memprotes terhadap pribadi yang berbuat kesalahan itu sangat menentukan tingkat pengingkarannya dan juga mempengaruhi ukuran keras dan lembutnya pengingkaran tersebut. Dari hal ini kita akan belajar mengambil kesimpulan tentang 2 hal, yaitu :

Pertama. 
Orang yan diberi posisi dan otoritas oleh Allah SWT , maka ia mempunyai kewajiban untuk menggunaka posisi dan otoritasnya untuk menegakkan amar ma'ruf dan nahi munkar, serta memberikan pengajaran / edukasi kepada orang lain. Hendaklah pula ia menyadari bahwa tanggung jawabnya sangatlah besar, karena orang-orang akan berharap mendapatkan "lebih banyak" darinya daripada kepada orang lain. Bahkan biasanya orang-orang akan menganggap sesuatu yang tidak mungkin dari rang lain akan mungkin didapatkan darinya.

Kedua.
Orang yang menegakkan amar ma'ruf dan nahi munkar, hendaklah ia tidak membuat citra buruk  dengan menempatkan diri dalam posisi yang lebih tinggi  terhadap orang lain ataupun ia bertindak dengan sifat-sifat pribadi yang tidak dimiliki orang lain (dendam, iri dsb) karena hal ini menimbulkan ketidaksenangan dan penentangan dari orang lain.

Wallahu 'alam
Kebenaran hanya milik Allah SWT, semoga tulisan ini bermanfaat
Wassalamu'alaikum


Blog, Updated at: 21.11

0 komentar:

Posting Komentar

JUMLAH PENGUNJUNG